Cut Maneh, perempuan senja di bibir jendela-
Dibalut asa dan keresahan-
Sepi dan sunyi sekali-
Terlalu pedih hidup yang ia rasa-
Berusaha membuang ingatan-
Tentang masa silam yang begitu menyesakkan-
Seresa masih di sini-
Tatapan mata yang kosong-
Seolah memberi arti tentang waktu-
yang telah lewat begitu saja-
ketika di ingat, seperti baru kemarin suaminya mati-
Sudah hampir tujuh tahun ia dikepung gelisah
Waktu memang demikian
Senang hati, yang melupakan semuanya
Gelisah hati, datang kita jadi ingat kembali
Bahwa waktu itu singkat sekali
Ada yang datang kembali, kini
tidak punya identitas jelas, sama seperti dulu
Malam yang mencekam, meninggalkan bekas luka
Antara waktu yang diingat dan dilupa
Tentang waktu pula yang menjelaskan bahwa
Di tempat ini, nyawa tidak begitu berharga
Maka, matinya suami Cut Maneh bukanlah suatu
yang harus diingat oleh orang banyak
Meski ia nya menjadi gila setelah kejadian itu
Sudah hampir tujuh tahun ia menjadi bisu
Diam dan sunyi sekali
Tapi setelah mendengar kabar itu
Dalam kepedihan dan tawa yang gila
Cut Maneh berucap:
Tak ada yang lebih baik ketimbang kematian
Pulanglah ke kampungmu, pekerja
Di sini masih banyak yang harus diselesaikan
Semoga setelahnya tidak ada lagi peluru yang menembus kepala
Seperti yang didera oleh suami Cut Maneh
Banda Aceh, Januari 2012
Serambi Indonesia
Posting Komentar