Cianjur | Acehtraffic.com - Sebuah jembatan kayu yang menghubungkan Kampung Hegarwaas dengan Kampung Babancong di Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur, roboh pada Sabtu 21 April 2012 siang ini.
Putusnya jembatan ini membuat para guru di SMP Negeri 1 Agrabinta kebingungan karena merupakan akses terdekat dari beberapa kampung ke sekolah tersebut sementara Senin 23 April nanti, para pelajar kelas tiga akan mengikuti ujian nasional.
“Ada puluhan pelajar kelas tiga yang harus ikut ujian nasional Senin besok tinggal di kampung yang terisolir," kata Sunardi, guru SMP 1 Agrabinta. "Kami takut mereka tidak bisa datang ke sekolah untuk mengikuti ujian nasional nanti, karena akses satu satunya berupa jembatan kayu yang merupakan jalan mereka menuju sekolah terputus. Selain terhambatnya pelaksanaan ujian Nasional dampaknya akan berpengaruh pada proses belajar dan mengajar juga di sekolah lain,” katanya.
Ia menambahkan akibat putusnya jembatan di Sungai Cidadap dengan panjang sekitar 15 meter dan kedalaman 7 meter ini, para siswa hanya mempunyai dua alternatif. Pertama, berjalan memutar dengan jarak lebih dari 15 kilometer atau nekat menyeberangi sungai.
“Kalau berjalan memutar, butuh waktu perjalanan satu jam lebih dengan menggunakan motor. Kalau nekat menyeberang lewat sungai lebih cepat namun risikonya sangat besar. Terutama musim ini sungai sering mendadak naik. Ini risiko yang terlalu mahal karena bisa menyebabkan kematian akibat siswa terseret air,” ujarnya.
Robohnya jembatan kayu ini menyebabkan 14 pelajar SMP Negeri 1 Agrabinta dilarikan ke Puskesmas terdekat. Dua siswi kelas 3, Siti Maryam [15] dan Satiah [15] siswi, dipastikan akan mengikuti Ujian Nasional susulan karena menderita patah kaki dan membutuhkan perawatan intensif.
Korban lain bernama Siti Maryam [15], Satiah [15], Leni [14], Rosidah [14], Deni [13], Sobriah [13], Masrupah [14], Solihah [14], Yusuf [13], Ahmad Abdullah [13], Yogi [14], Samsurijal [14], Sri Nur Alam [13]. Mereka mengalami berbagai luka di berbagai bagian tubuh akibat terpelanting ke bebatuan sungai. Para pelajar ini merupakan murid kelas dua dan tiga di SMP Negeri 1, Agrabinta, Kabupaten Cianjur.
Sementara itu, tokoh masyarakat setempat Ruslan Efendi [38] mengatakan jembatan ini roboh tiba-tiba akibat usianya yang sudah terlalu tua. Warga tiga kampung juga terkena dampak putusnya jembatan ini. Para petani kesulitan untuk menjual hasil panen mereka padahal saat ini sedang musimnya. “Apalagi kalau sudah datang hujan, air sungai jadi deras dan tinggi, kami tak berani lewat,” katanya.
Melihat kondisi ini Ketua DPRD Kabupaten Cianjur, Gatot Subroto, langsung bereaksi dengan mendesak Pemerintah Kabupaten [Pemkab] Cianjur terutama instansi yang terkait untuk segera mencari solusi. Salah satu solusinya membuat jembatan sementara, baru kemudian dibuatkan jembatan permanen. “Mereka kini membutuhkan jembatan, jadi saya harap Pemkab Cianjur bisa memperhatikannya. Selain itu, BPBD Cianjur, Propinsi dan pusat, bisa membatu dengan pembuatan jembatan gantung darurat,” ujarnya. | AT | VV |
Posting Komentar