Jakarta | Acehtraffic.com- Profesor di bidang geografi dari University of Minnesota, Amerika Serikat, Eric Sheppard, mengungkapkan Jakarta memiliki citra buruk di mata asing. “Reputasi buruk, misalnya dalam hal polusi dan kemacetan,” ujar Eric, Jumat, 16 Maret 2012, di Universitas Tarumanagara, Jakarta Barat.
Eric hadir dalam rangka penyelenggaraan "Conference on Urban Revolutions in the Age of Global Urbanism". Konferensi tersebut digelar mulai hari ini sampai dengan tanggal 20 Maret 2012 mendatang.
Partisipasi lebih dari dua puluh akademisi asing dalam konferensi tersebut diharapkan bisa mengubah pandangan mereka terhadap Jakarta. Dalam konferensi ini, Eric akan menjelaskan tiga jenis revolusi, yang berlangsung selama lima hari di Universitas Tarumanagara. Ketiga revolusi tersebut adalah revolusi urban populer, pemikiran neoliberal dan pembuatan kebijakan, serta revolusi konseptual.
Ia menuturkan revolusi pertama, yaitu urban populer, pernah terjadi di Kairo dan Tunisia. Revolusi tersebut terkait dengan sejarah panjang tentang urbanisasi neoliberal di dunia. Dari revolusi tersebut, dapat dilihat fenomena kapitalisasi di negara-negara bagian Selatan, prioritas pemerintah yang bergeser pada kompetisi global, sampai dengan arus modal dalam infrastruktur urban.
Revolusi yang kedua mengenai pemikiran neoliberal dan pembuatan kebijakan, menurut Eric, berupaya untuk mengubah perkotaan secara radikal melalui komodifikasi tata ruang kota serta melepaskan diri dari mekanisme pasar.
Eric hadir dalam rangka penyelenggaraan "Conference on Urban Revolutions in the Age of Global Urbanism". Konferensi tersebut digelar mulai hari ini sampai dengan tanggal 20 Maret 2012 mendatang.
Partisipasi lebih dari dua puluh akademisi asing dalam konferensi tersebut diharapkan bisa mengubah pandangan mereka terhadap Jakarta. Dalam konferensi ini, Eric akan menjelaskan tiga jenis revolusi, yang berlangsung selama lima hari di Universitas Tarumanagara. Ketiga revolusi tersebut adalah revolusi urban populer, pemikiran neoliberal dan pembuatan kebijakan, serta revolusi konseptual.
Ia menuturkan revolusi pertama, yaitu urban populer, pernah terjadi di Kairo dan Tunisia. Revolusi tersebut terkait dengan sejarah panjang tentang urbanisasi neoliberal di dunia. Dari revolusi tersebut, dapat dilihat fenomena kapitalisasi di negara-negara bagian Selatan, prioritas pemerintah yang bergeser pada kompetisi global, sampai dengan arus modal dalam infrastruktur urban.
Revolusi yang kedua mengenai pemikiran neoliberal dan pembuatan kebijakan, menurut Eric, berupaya untuk mengubah perkotaan secara radikal melalui komodifikasi tata ruang kota serta melepaskan diri dari mekanisme pasar.
Para akademisi dalam konferensi itu bersama-sama memikirkan solusi untuk masalah perkotaan, yang dapat diterapkan tidak hanya di Jakarta, namun juga di kota-kota lainnya di dunia.
Selanjutnya mengenai revolusi konseptual. Eric menyatakan para peserta konferensi akan berdiskusi mengenai pilihan alternatif lokal dari setiap kota, yang bisa diterapkan untuk mengatasi permasalahan urban.
Selanjutnya mengenai revolusi konseptual. Eric menyatakan para peserta konferensi akan berdiskusi mengenai pilihan alternatif lokal dari setiap kota, yang bisa diterapkan untuk mengatasi permasalahan urban.
Eric mengatakan para peserta yang datang dari berbagai negara itu, seperti Indonesia, Amerika Serikat, Spanyol, dan Jerman, diharapkan dapat saling mempelajari perbedaan cara-cara dari setiap kota yang digunakan masyarakatnya dalam kehidupan. | Tempo.co
Posting Komentar