Kefamenanu | Acehtraffic.com - Warga Desa Banuan, Kecamatan Insana Fafinesu, Kabupaten Timor Tengah Utara [TTU], Nusa Tenggara Timur merasa kecewa dengan kinerja Puskesmas Tamis, Kecamatan Fafinesu. Mereka menuding pihak medis puskesmas tidak serius menangani Juwita Uluk, bayi berusia tiga bulan yang terserang diare.
Akibat kelalaian pihak puskesmas tersebut, anak dari pasangan Andreas Haki dan Maria Beli itu akhirnya meninggal dunia.
Kekecewaan itu disampaikan Kepala Dusun II Banuan Daniel Tefi dan beberapa warga lainnya kepada Kompas.com, Jumat, 7 September 2012. "Kami terlalu menyesal dan kecewa dengan pelayanan medis di Puskesmas Tamis. Bagaimana tidak? Pasien yang sudah dalam kondisi kritis, bukannya ditolong tapi malah hanya dibuatkan surat rujukan ke RSUD Kefamenanu," tutur Daniel.
Menurut Daniel, rasa penyelasan dan kekecewaan itu terjadi karena tidak adanya tindakan pertolongan pertama saat dibawa ke puskesmas. Namun yang didapatkan hanya surat rujukan ke RSUD Kefamenanu. Padahal jarak dari Rumah Sakit Tamis ke Kefamenanu lumayan jauh yakni memakan waktu antara dua sampai tiga jam.
Rujukan tanpa pertolangan pertama itu, menurut Daniel, mengakibatkan sang bayi kritis di tengah perjalanan menuju Kefamenanu. Orang tua sang bayi sempat berupaya mencari pertolongan di Poliklinik Susteran Maubesi, namun usaha mereka sia-sia. Tak lama berselang sang bayi pun akhirnya meninggal.
"Masak anak kecil dalam keadaan parah bukannya ditolong tapi disuruh antar ke Kefamenanu. Terus apa gunanya puskesmas itu? Seharusnya mereka kasih pertolongan awal supaya kondisi anak itu bisa bertahan sampai Kefamenanu," kata Daniel.
Beberapa warga yang namanya enggan dipublikasikan mengaku, selain Juwita Uluk, ada tiga bayi lain yang pada tahun ini meninggal karena terserang diare. "Mestinya pihak rumah sakit tanggap dengan hal ini, dengan memberikan pertolongan pertama pada Juwita," tegasnya.
Warga berharap persoalan ini menjadi pelajaran terakhir bagi pihak puskesmas dan rumah sakit, agar di kemudian hari lebih cermat memperhatikan pasien terutama pada pelayanannya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Puskesmas Tamis, Theresia Koten mengatakan, kematian Juwita Uluk tersebut akibat serangan diare yang sudah sangat kritis ketika dibawa ke Puskesmas Tumis. Dia pun membantah kalau semua kelalaian akibat kematian Juwita dilimpahkan ke pihak puskesmas.
Menurutnya, Juwita terserang diare pada Minggu, 2 September 2012, dan pada saat itu sempat dibawa ke polindes terdekat. Setelah melakukan perawatan, bidan desa berpesan pada kedua orang tuanya jika Juwita sudah mengonsumsi obat namun tidak ada perubahan, maka segera bayi ini harus segera dibawa ke rumah sakit.
Pada keesokan harinya, Senin tanggal 3 September 2012, Juwita dibawa oleh orangtuanya ke puskesmas, namun sudah dalam keadaan kritis.
"Karena kondisinya sudah kritis, saya tawarkan kepada orang tuanya untuk di rujuk ke RSUD Kefamenanu, dan mereka mau. Pertimbangan saya karena fasilitas di sini juga terbatas.Tapi ternyata oleh kedua orang tuanya bukan dibawa ke Kefamenanu, tetapi di Poliklinik Maubesi. Saya bilang kalau ke Maubesi tadi tidak usah karena antara puskesmas ini dan poliklinik sama saja," jelasnya.
Ia menambahkan, setelah di Poliklinik Maubesi, mereka kemudian meminta pulang ke Banuan, serta kematian Juwita bukan di perjalanan tapi di Banuan.
"Setelah mendengar kabar bahwa bayi itu sudah meninggal, kami turun bersama tim ke rumah duka. Di sana saya menanyakan kenapa tidak dibawa ke rumah sakit. Kalau di poliklinik sekalian tidak usah biar kita rawat di sini saja. Mereka juga meminta maaf dan mengakui salah mereka. Maka informasi [kematian Juwita, red] karena kelalaian kami, saya pikir itu tidak benar," tutupnya. | AT | H | KP |
Posting Komentar