Banda Aceh | Acehtraffic.com – Selama berlangsungnya Pilkada Aceh berbagai insiden penembakan,kekerasan dan penghambatan hak masyarakat terjadi di Aceh. Namun sangat jarang terlihat kutukan, kecaman, dan desakan dari lembaga yang bekerja untuk Hak azazi Manusia dan demokrasi yang dulunya banyak bertebaran di Aceh. Minggu 22 April 2012.
Sekitar 1,5 tahun lalu sebelum pilkada di mulai, setiap ada insiden esoknya langsung terlihat di media massa dengan komentar kecaman dan kutukan serta desakan pengusutan dari lembaga yang bergerak dibidang HAM, Demokrasi maupun penegakan hukum.
“Namun memasuki zona pilkada, walaupun berbagai kejadian terjadi, baik terluka akibat insiden ada juga yang tewas, tapi kutukan dan kecaman tak terlihat lagi, entah kenapa ? atau memang pelaku yang dulunya kerjanya mengutuk, atau mengecam kini sudah terkutuk? atau sudah terkecam, atau istirahat untuk pekerjaan mengutuk dan mengecam, karena kutuk dan kecam tidak menjadi lahan basah yang melahirkan rupiah?
Mari sama –sama meriviw berapa banyak dan apa saja namanya lembaga yang paling giat mengutuk dan mengecam tindakan polisi dan tentara yang dianggap salah oleh lembaga pengutuk dan pengecam tersebut.
Bahkan sekecil apapun kesalahan polisi dan tentara tetap mendapat kritik dari dari lembaga –lembaga itu, dengan berbagai argument dan olah bahasa, bahkan dimasa silam kutukan dan kecaman sekali serang bukan oleh satu lembaga, malahan puluhan lembaga bergabung untuk mengutuk dan mengecam.
Tapi kini kutuk dan kecam dan desakan usut tuntas terhadap berbagai kasus kekerasan baik menjelang pilkada, saat pilkada, hampir tidak terlihat kutukan dan kecaman yang menghiasi media massa saat ini, khususnya untuk kasus penembakan menjelang pilkada, pemukulan saat pilkada, dan penghambatan terhadap hak sipil politik masyarakat saat pilkada?
Jika dulu, pasca insiden penembakan dan kekerasan pasti ada bahasa “Berdasarkan analisa kami” maka dengan itu kami mengutuk dan mengecam. …….Tetapi sepertinya berbagai insiden menjelang pilkada dan yang terjadi saat pilkada di Aceh luput dari pantuan lembaga kutuk dan kecam.
Atau memang lembaga kutuk dan kecam serta orang didalamnya adalah semuanya berasal dari luar negeri. Maka setelah habis proyek dan funding tak mensupport dana lagi, mereka pun kembali ke orang tuanya masing-masing, ber-iring meninggalkan pekerjaan kutuk dan kecam. Atau sudah terkutuk..? | AT | RD |
Posting Komentar