Acehtraffic.com - Di masa dahulu, hidup seorang pemburu ular yang mencari buruannya di gunung dan gurun. Dia memburu ular untuk dijual kepada para tabib di kota dan dari ular itu dibuat obat-obatan. Terkadang sang pemburu ular itu menggelar pertunjukan di hadapan warga kota. Dia pergi ke desa-desa dan kota-kota untuk menunjukkan kebolehannya bermain dengan ular.
Menonton pertunjukan sang pemburu ular itu sangat menarik dan menyenangkan bagi warga. Oleh karena itu, setelah menonton kebolehannya, mereka memberikan uang receh kepada sang pemburu ular itu karena pertunjukannya sangat menghibur.
Pada suatu hari di musim dingin, ketika semua tempat tertutupi salju tebal, sang pemburu itu pergi ke gunung yang diselimuti salju untuk berburu ular. Dia berjalan dan terus berjalan sampai di tengah hutan, dia berpapasan dengan seekor ular besar.
Pada awalnya sang pemburu merasa ketakutan dan dia beranggapan bahwa ular raksasa itu tengah terlelap. Akan tetapi ketika dia memperhatikan dengan lebih teliti, ternyata ular raksasa itu telah mati. Lama dia memperhatikan ular raksasa tersebut.
Muncul ide dalam benaknya, "Wah tepat sekali, ular raksasa ini sangat cocok untuk menggelar pertunjukan besar di kota. Aku akan membawanya ke kota dan menunjukkannya kepada masyarakat. Mereka tidak punya pilihan lain kecuali menerima ucapanku dan bahwa ular raksasa ini mati di tanganku."
Dalam hati dia berkata, "Kemudian mereka akan menghormatiku dan menyebutku sebagai pemburu ular yang sangat pemberani. Mereka akan beranggapan bahwa sedemikian lihai sehingga dapat membunuh ular raksasa. Seandainya monster muncul, maka mereka beranggapan bahwa aku tidak akan takut."
Sang pemburu ular itu sebenarnya telah menipu dirinya sendiri dengan ide-ide bohongnya. Memburu ular tidak dapat dilakukan oleh setiap orang karena setiap orang tidak memiliki keberanian dan keahliannya. Sang pemburu ular itu melupakan kepiawaiannya dalam menangkap ular dan lebih mengandalkan pada satu pekerjaan yang sebenarnya tidak pernah dia lakukan, yaitu membunuh ular raksasa.
Dia lantas mengusung bangkai ular raksasa itu ke kota dan ketika sampai di kota dia menyeret bangkai ular itu di setiap jalan dan dengan suara lantang dia mengundang warga untuk menyaksikannya. Dia menyeret ular itu sampai ke sebuah tempat yang cukup besar sehingga semua warga kota dapat menyaksikannya.
Sayang sekali, sang pemburu ular itu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya dia sedang melangkah menuju kematiannya. Ular itu sebenarnya tidak mati, dan hanya pingsan karena tertimbun salju dan kedinginan. Akan tetapi ketika ular tersadarkan diri ketika tubuhnya menjadi hangat terkena sinar matahari. Sang pemburu ular itu tidak mengetahui bahwa di gunung yang bersalju dan dingin, ular akan jatuh pingsan dan ketika diseret ke dataran rendah yang lebih panas, maka ular itu akan sadar kembali.
Sampai di tempat yang lebih luas, sang pemburu ular berdiri di atas tubuh ular raksasa tersebut dan mengumumkan kepada warga untuk datang menyaksikan. Warga kota pun berdatangan dengan penuh penasaran untuk melihat.
Di atas tubuh ular raksasa yang ditutupi dengan kain besar itu, sang pemburu duduk menanti datangnya semua warga kota, karena dengan demikian dia akan mendapat uang yang lebih banyak.
Setelah beberapa lama, dia mengumumkan bahwa dia telah membunuh seekor ular raksasa di gunung. Kemudian dia menyingkap kain tersebut dan warga kota pun terkesima.
Namun hanya berselang beberapa saat, tubuh ular itu bergerak dan menggeliat serta memutus tali-tali yang mengikatnya. Menyadari bahwa ular raksasa itu belum mati, warga kota berlari ketakutan. Ular raksasa itu membunuh beberapa orang yang berusaha lari.
Di satu sisi, sang pemburu yang masih belum dapat mempercayai apa yang disaksikannya, terpaku ketakutan. Akan tetapi dia tidak bisa ikut lari karena dia mengklaim bahwa dialah yang telah membunuh ular raksasa itu. Akhirnya dia menghunuskan pedangnya dan berlari ke arah ular raksasa tersebut. Sang pemburu dan beberapa warga kota akhirnya mati dimakan ular raksasa.| AT | Irib |
Menonton pertunjukan sang pemburu ular itu sangat menarik dan menyenangkan bagi warga. Oleh karena itu, setelah menonton kebolehannya, mereka memberikan uang receh kepada sang pemburu ular itu karena pertunjukannya sangat menghibur.
Pada suatu hari di musim dingin, ketika semua tempat tertutupi salju tebal, sang pemburu itu pergi ke gunung yang diselimuti salju untuk berburu ular. Dia berjalan dan terus berjalan sampai di tengah hutan, dia berpapasan dengan seekor ular besar.
Pada awalnya sang pemburu merasa ketakutan dan dia beranggapan bahwa ular raksasa itu tengah terlelap. Akan tetapi ketika dia memperhatikan dengan lebih teliti, ternyata ular raksasa itu telah mati. Lama dia memperhatikan ular raksasa tersebut.
Muncul ide dalam benaknya, "Wah tepat sekali, ular raksasa ini sangat cocok untuk menggelar pertunjukan besar di kota. Aku akan membawanya ke kota dan menunjukkannya kepada masyarakat. Mereka tidak punya pilihan lain kecuali menerima ucapanku dan bahwa ular raksasa ini mati di tanganku."
Dalam hati dia berkata, "Kemudian mereka akan menghormatiku dan menyebutku sebagai pemburu ular yang sangat pemberani. Mereka akan beranggapan bahwa sedemikian lihai sehingga dapat membunuh ular raksasa. Seandainya monster muncul, maka mereka beranggapan bahwa aku tidak akan takut."
Sang pemburu ular itu sebenarnya telah menipu dirinya sendiri dengan ide-ide bohongnya. Memburu ular tidak dapat dilakukan oleh setiap orang karena setiap orang tidak memiliki keberanian dan keahliannya. Sang pemburu ular itu melupakan kepiawaiannya dalam menangkap ular dan lebih mengandalkan pada satu pekerjaan yang sebenarnya tidak pernah dia lakukan, yaitu membunuh ular raksasa.
Dia lantas mengusung bangkai ular raksasa itu ke kota dan ketika sampai di kota dia menyeret bangkai ular itu di setiap jalan dan dengan suara lantang dia mengundang warga untuk menyaksikannya. Dia menyeret ular itu sampai ke sebuah tempat yang cukup besar sehingga semua warga kota dapat menyaksikannya.
Sayang sekali, sang pemburu ular itu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya dia sedang melangkah menuju kematiannya. Ular itu sebenarnya tidak mati, dan hanya pingsan karena tertimbun salju dan kedinginan. Akan tetapi ketika ular tersadarkan diri ketika tubuhnya menjadi hangat terkena sinar matahari. Sang pemburu ular itu tidak mengetahui bahwa di gunung yang bersalju dan dingin, ular akan jatuh pingsan dan ketika diseret ke dataran rendah yang lebih panas, maka ular itu akan sadar kembali.
Sampai di tempat yang lebih luas, sang pemburu ular berdiri di atas tubuh ular raksasa tersebut dan mengumumkan kepada warga untuk datang menyaksikan. Warga kota pun berdatangan dengan penuh penasaran untuk melihat.
Di atas tubuh ular raksasa yang ditutupi dengan kain besar itu, sang pemburu duduk menanti datangnya semua warga kota, karena dengan demikian dia akan mendapat uang yang lebih banyak.
Setelah beberapa lama, dia mengumumkan bahwa dia telah membunuh seekor ular raksasa di gunung. Kemudian dia menyingkap kain tersebut dan warga kota pun terkesima.
Namun hanya berselang beberapa saat, tubuh ular itu bergerak dan menggeliat serta memutus tali-tali yang mengikatnya. Menyadari bahwa ular raksasa itu belum mati, warga kota berlari ketakutan. Ular raksasa itu membunuh beberapa orang yang berusaha lari.
Di satu sisi, sang pemburu yang masih belum dapat mempercayai apa yang disaksikannya, terpaku ketakutan. Akan tetapi dia tidak bisa ikut lari karena dia mengklaim bahwa dialah yang telah membunuh ular raksasa itu. Akhirnya dia menghunuskan pedangnya dan berlari ke arah ular raksasa tersebut. Sang pemburu dan beberapa warga kota akhirnya mati dimakan ular raksasa.| AT | Irib |
Posting Komentar