“Prostitusi” Di RSIA Beureunun: dari JKA & JKM Berbayar, Dokter Minta Dijajanin, Hingga Limbah Medis

Sigli | acehtraffic.com – Fasilitas kesehatan yang diberikan Negara berupa Jamkesmas atau Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) menjadi andalan keluarga dari kelas ekonomi menengah kebawah. 

Tak cukup dana kedua program itu dikuras oleh Rumah Sakit yang kebagian program, penerima manfaat program juga rentan menjadi objek perasan (pungutan illegal) instansi kesehatan dengan berbagai motif. 

Dunia kesehatan itu adalah bisnis, anda miskin dilarang sakit, itulah sepatah kata yang keluar dari mulut keluarga pasien Jamkesmas diruang bersalin RS Ibu dan Anak Kota Mini Beureunun Kabupaten Sigli, Provinsi Aceh. 

Pasalnya, Abdullah (36) warga Pulo Lhoh Kecamatan Geumpang, Pidie, membawa istrinya melahirkan ke RS Ibu dan Anak Kota Mini Beureunun Kabupaten Sigli. Senin, 13 Mei 2013 jam 16.00 Wib. 

Setibanya di RS, istrinya lansung ditangani oleh perawat, sambil menunggu dokter masuk hingga Selasa, 14 Mei 2013 jam 10.00 Wib. Setelah diperiksa, dokter lansung memutuskan operasi pada hari itu juga, jam 15.00 Wib, dengan alasan “pinto jih ubeut karena ureung paneuk, jadi ipeugah payah operasi laju” Kata Abdullah mengulang ucapan dokter. 

Surat pernyataan operasi pun ditanda tangani, resep pun sedang dibuat oleh dokter. Meskipun katanya menggunakan Jamkesmas atau JKA gratis, namun Abdullah terpaksa harus mengeluarkan uang untuk menebus resep yang baru saja selesai dibuat oleh dokter Fahmi Nasution SPOG diatas kertas berlogo apotik (Hidup Sehat) milik dokter itu, di Jalan Banda Aceh – Medan nomor 1, Kota Mini Beureunun, Sigli. 

Menurut Abdullah, sejak dari rumah dia membawa uang sebesar 1,8 juta, uang tersebut lenyap semuanya untuk tebus obat, makan, hingga memenuhi permintaan jajan dokter dan timnya sehabis operasi. 

Bang lah (panggilan Abdullah) juga mengakui ketika meminta tanda tangan surat keterangan dokter untuk pembuatan akte kelahiran dari dokter, juga diperingatkan oleh perawat untuk memberikan uang minum (seiklasnya). 

Tak hanya itu, seperti biasa sehabis operasi tim dokter lansung minta dijajanin kata bang Lah, “iyue bloe sprite kaleng, Langsegar, pocari, kratindaeng, kueh, leubeh kureung ka sireutoh sit, enteuk wate woe payah jok sit lom padit yang iklas tanyoe” Katanya. Sabtu, 18 Mei 2013, sore sambil pamitan. 

Seluruh pasien JKA dan JKM (Jamkesmas) sehabis operasi minta dibeli makanan sama pasien. Begitu juga sumbangan seiklas mungkin ketika pamitan sama halnya seperti kebanyakan RS di Lhokseumawe. 

Sementara itu, seluruh keluarga pasien bersalin di RSIA yang berhasil diwawancara oleh acehtraffic.com, mengaku harus membeli sebagian obat di apotik dokter spesialis kandungan tersebut. 

Seperti, Epiyanti (26) Pasien JKA, asal Gampong Sentosa Kecamatan Mutiara Barat, Sigli, masuk RSIA pada jam 14.40 Wib lansung diberi opsi operasi setelah pemeriksaan dokter. 

Setelah operasi seperti biasa, mereka lansung membuat resep untuk ditebus di apotik dokter tersebut. Sebagian obat yang gratis diambil di apotik Rasa Sayang, setiap resep kadang-kadang obat tidak tersedia dan resep dialihkan dan harus dibeli di apotik dokter. 

Hampir seluruh ibu hamil yang masuk RSIA ini seluruhnya di operasi. Begitu juga pasien JKA bernama Azizah ini, warga beralamat di Jalan Kampus Lam Lo Kecamatan Kota Bakti, Sigli, ini masuk pada, Jum’at, 17 Mei 2013, jam 01.00 dini hari, di operasi jam 14.35 Wib. 

Menurut seorang warga di Lampoh Lada Kecamatan Mutiara Timur, Sigli, hampir seluruh pasien yang masuk ke RS ini dioperasi, “ramai yang bilang ini bisnis dokter, bayangkan semua resep harus ditebus di apotik dia” Katanya. 

Sementara seorang sumber dari RS itu juga menceritakan tentang seorang pasien JKM dari Keumala, Sigli menghabiskan uang berobat ke RS ini sebanyak 3 juta rupiah. 

Tim operasi juga minta dijajanin ,“Na beh peng 60 ribe” Kata Muktar (47) Warga Langga Kecamatan Kota Bakti, dia mengakui hingga kini dua resep tidak mampu ditebus karena kehabisan uang.

Sementara seluruh jajan dokter dan tim operasinya itu berupa makanan dan minuman harus dibeli di kantin Kepala Ruangan Operasi, M Nur, yang terletak disamping RS. “keunan ju iteunyok, musti hinan iyue bloe” Katanya. 

Menurut tetangga pasien ini, empat orang keluarga Muktar sempat menangis bersama setelah operasi. Menurut kisah saksi mata hingga, Minggu, 19 Mei 2013, pagi, dua resep belum ditebus, mereka kehabisan uang untuk menebus obat. 

"sayang teuh ureung nyan, bunoe lheh operasi kageumeungieng-ngieng peut geuh sira keuklik, jinoe kageujak woe bang nyan geujak mita peng" Kata Hasan keluarga pasien di RS itu. 

Neoromusha & Transparansi Pengelolaan Dana JKM/JKA Di RSIA
“Prostitusi” kesehatan dan bobroknya RSIA juga diakui Karyawan tenaga bakti RS tersebut, dia mengatakan karyawan bakti sebanyak 268 orang yang dipekerjakan disana tak lebih seperti budak, jerih payah mereka sama sekali tidak diberikan. Sementara hasil JKA dan JKM dikelola secara tidak transparan oleh elit RS dan dinas. 

Pegawai dari RS itu juga mengungkapkan banyak peralatan medis yang tidak difungsikan seperti roungen, tabung bayi masih berserak di ruang bersalin “hana tateupue nan dum” Katanya. 

Sampah dan Limbah Medis Berbahaya Di Lingkungan RSIA 
Disamping itu, lingkungan dan toilet sangat jorok, sampah medis dan non medis dibuang begitu saja. Ada juga dibeberapa titik disudut ruangan yang dibakar. Tidak ada tempat pembakaran sampah medis di RSIA ini. 

Tong sampah disediakan sangat terbatas dan hanya satu jenis, semua sampah dicampur, baik sampah organik, non organik dan sampah medis dibuang kesamping gedung secara sembarangan. 

Kain kasa, spuit (jarum suntik), urine bag (kantong urine), mald, kateter, infuset, NGT dan botol injeksi, ditmpung di keranjang dalam ruangan dan dibuang begitu saja melalui jendela. 

Meskipun limbah Rumah Sakit cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup. Namun, semua limbah tidak dikelola dengan baik di RSIA Beureunun. 

Semua limbah Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif dibakar disudut-sudut luar gedung RS itu. 

Meskipun kesadaran untuk buang sampah pada tempatnya sudah mulai diajarkan sejak di taman kanak-kanak, namun tidak berlaku bagi seluruh anak-anak di instansi kesehatan, khususnya yang bekerja di RSIA Beureunun. 

Pasalnya, seluruh halaman di RS Ibu dan Anak Kota Mini, Beureunun, Sigli itu menjadi tong sampah terbuka. Meskipun belum mengeluarkan bau yang menyengat tapi sangat membahayakan seluruh warga yang mengunjungi RS tersebut. 

Alumni mahasiswa STIKES Pemda mengatakan buang sembarangan sangat berbahaya bagi kesehatan lingkungan, apalagi sampah medis seperti kain kasa, spuit, urine bag, mald, kateter, infuset, NGT dan botol injeksi wajib dibakar ditempat khusus sesuai aturan dan etik medis. 

Dia menjelaskan, betapa bahaya limbah medis yang dibuang secara tidak bertanggung jawab dapat menyebarluaskan virus penyakit tertentu yang mengidap pada pasien “itu juga perbuatan melawan hukum, lingkungan RSIA berarti sangat berbahaya, pengunjung harus waspada itu” Katanya. 

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, Drg M Riza Faisal, mengatakan sampah medis tidak boleh dibuang sembarangan. Sampah tersebut, kata dia, setelah dipakai harus dimasukan dalam plastik, kemudian dibuang dalam kotak sampah yang tersedi dalam ruangan. 

,“Selanjutnya petugas kebersihan akan memusnahkanya dengan cara membakar limbah tersebut,” Katanya. 

Pihaknya akan panggil Direktur RSIA dan memintanya untuk mengontrol petugas kesehatan agar tidak membuang limbah medis disembarang tempat. Senin, 20 Mei 2013, besok, pihaknya akan mendatangi rumah sakit tersebut untuk melihat langsung dan memberikan peringatan bahaya limbah medis tersebut. 

Sedangkan soal genangan air, Faisal mengatakan hal ini terjadi karena rumah sakit tersebut halamannya masih rendah dan belum ditimbun. “Tahun ini halaman tersebut akan segera ditimbun agar tidak kembali tergenang air, anggaranya sudah diplotkan dari dana Otsus tahun 2013,” kata dia. 

Menurut pantauan Acehtraffic.com sejak Minggu, 19 Mei 2013, sampah medis yang mulai diungkit-ungkit oleh wartawan untuk difoto sebagai bukti pihak RS sudah mulai risih, dan menggelar rapat mendadak. Perawat dan dokter diperintahkan untuk membuat pemberitahuan agar tidak lagi dibuang sembarangan, dilarang buang sampah sembarang mulai ditempelkan sejak sore itu. 

Sementara tadi pagi, Senin, 20 Mei 2013, seluruh unsur di RS tersebut melakukan aksi pembersihan sampah massal, seluruh dokter, perawat harus turun tangan. 

Menurut anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Pidie, Zakaria Yusuf, mengatakan rumah sakit merupakan salah satu tempat yang mengharuskan penanganan kebersihan dengan standar yang tinggi. “Limbah medis rumah sakit merupakan limbah yang berbahaya bagi kesehatan lingkungan,” Kata Zakaria dari Komisi D itu, Minggu, 19 Mei 2013. 

Menurutnya, limbah rumah sakit jika tidak tertangani dengan baik akan berdampak bagi manusia, mahluk hidup, serta lingkungan di sekitar rumah sakit. Dampak tersebut dapat berupa pencemaran air, pencemaran daratan, serta pencemaran udara. 

,“Untuk itu, RSIA Beureunuen tidak boleh mengabaikan dan membiarkan sampah medis dibuang disembarang tempat. Saya kira rumah sakit tentu memiliki standar tersendiri seperti yang diatur oleh departemen Kesehatan RI,” ujarnya lagi. 

“Kalau dibiarkan hal tersebut akan mengganggu kesehatan lingkungan, bisa menimbulkan kesan kumuh dan kotor, yang secara psikis akan mempengaruhi pasien maupun pengunjung rumah sakit tersebut,” kata Zakaria Yusuf. 

Share this post :

Posting Komentar

 
>> Copyright © 2012. AchehPress - Informasi dan media - All Rights Reserved
Template Created by Author Published by Blogger
Powered by Google